Tuesday, November 15, 2011

Perbedaan 6 Kebiasaan Orang Kaya dan Orang Miskin


Secara alami apa yang terjadi didunia ini mengikuti hukum alam, yaitu sebab akibat. Kecuali jika ada penetrasi dari luar maka hukum tersebut tidak berlaku. Namun anda harus secara terus menerus memberikan pengaruh dari luar tersebut tanpa henti. Begitu pengaruh dari luar dihilangkan, maka akan kembali mengikuti hukum alam.
Begitu pula manusia juga tunduk terhadap hukum alam. Maka apa yang kita tabur, itulah yang akan kita petik. Apa yang kita lakukan itulah yang akan diterima.

Dengan mengikuti hukum tersebut, kita dapat mempelajari , kenapa seseorang menjadi kaya, sementara yang lain miskin. Setelah diamati ternyata ada perbedaan perilaku atau kebiasaan yang menyolok antara orang kaya dan orang miskin. Dan kebiasaan-kebiasaan itulah yang menyebabkan seseoarng menjadi kaya. Dengan demikan jika anda melakukan kebiasaan-kebiasan tersebut maka anda berada pada jalur yang benar menuju keberlimpahan harta.

Setidaknya ada 6 kebiasaan yang dilakukan oleh orang kaya yang tidak dilakukan oleh orang miskin, yaitu

1. Menunda kenikmatan,
Orang kaya mampu menunda menikmati apa yang mereka peroleh untuk mendapatkan yang lebih besar. Kita sering mendengar bagaimana perjuagan orang non pribumi sehingga mereka mampu menguasai perekonomian kita. Ketika mereka masih dibawah mereka cukup makan bubur seadanya walaupun sebenarnya mereka mampu untuk makan yang lebih mewah. Mereka juga rela hidup dirumah yang sempit, meskipun mereka mampu tinggal dirumah yang lebih besar. Ini semua mereka lakukan karena mereka ingin membangun atau mengembangkan pendapatan yang lebih besar lagi. Mereka ingin menjadi kaya bukan kelihatan kaya.Nanti pada saatnya, baru mereka menikmati apa yang diusahakan selama ini.
Kebiasaan ini berbeda dengan orang pribumi yang kebanyakan miskin. Orang pribumi jika memperoleh penghasilan, bingung ingin segera membelanjakannya. Membeli baju baru, membeli TV yang lebih besar, membeli kendaraan dan lain sebagainya yang sifatnya konsumtip.
Ini semua mereka lakukan karena mereka ingin segera menikmati apa yang diusahakannya. Atau mereka ingin segera dipandang sebagai orang yang berhasil atau kaya. Namun pada akhirnya kehidupan mereka bukannya terus membaik tetapi sebaliknya justru malah menurun atau mandek. Karena mereka tidak berusaha membangun atau mengembangkan pendapatan dari hasil yang mereka peroleh. Tetapi hasil yang diperoleh habis untuk belanja barang konsumtip untuk memenuhi keiinginannya biar kelihatan kaya.

2. Kerja keras
Orang kaya sanggup dan mampu bekerja keras, karena mereka paham akan hukum alam. Siapa yang menabur akan menuai. Siapa yang menabur banyak akan menuai banyak. Dengan demikian siapa yang kerja keras akan mendapatkan hasil yang banyak.
Sementara orang miskin berpikir sebaliknya. Mereka inginnya kerja sedikit tetapi menedapatkan hasil yang besar. Mereka tidak mau diserahi tanggung jawab yang besar, tetapi mereka ingin gajinya terus naik. Meskipun mereka kerja banting tulang memeras keringat, karena mereka kerja kasar, seperti buruh bangunan atau buruh pabrik, mereka bukan kerja keras, namun sebenarnya mereka adalah pemalas. Mereka malas berpikir, malas mengembangkan kariernya dan malas menerima tanggungjawab yang lebih besar. Akhirnya mereka menerima kariernya mandek. Jika ada orang mempertanyakan tentang sikapnya itu mereka menyalahkan pihak lain.

3. Hemat
Orang kaya itu hemat, sementara orang miskin itu boros. Kelihatanya pernyataan kurang tepat. Namun begitulah kebenarannya. Orang dikatakn boros apabila sebagain besar atau seluruh penghasilannya habis dibelanjakan. Jika seseorang mempunyai penghasilan Rp. 1000.000,;perbulan dan semuanya habis dibelanjakan maka dia itu dikatakan boros. Sebaliknya jika seseorang mempunyai penghasilan 10 milyar perbulan lalu mereka membeli BMW seharga 1,5 Milyar, dia tidak dikatakan boros. Walaupun yang dibelanjakan nilainya besar namun pendapatannya jauh lebih besar.
Orang kaya dalam membelanjakan uangnya, selalu dikaitkan dengan segi manfaat dan keuntungan. Semantara orang miskin mementingkan gengsi.

4. Tidak mudah merasa puas.
Ada perbedaan antara merasa puas dan bersyukur. Merasa puas terkesan akan mandek dan tidak mau berusaha lagi. Sementara bersyukur, terkesan menerima hasil yang diperoleh dengan senang hati, namun tetap berusaha , bekerja dan berjuang untuk mendapatkan hasil yang lebih besar lagi.
Kadang pemahaman kita salah, orang kaya itu rakus dan serakah dan orang miskin itu menerima dan mengalah. Apa benar demikian?

5. Menghargai uang sekecil apapun.
Sepintas kebiasaan yang kelima ini sama dengan hemat atau kebiasaan ketiga. Tetapi sebenarnya berbeda. Perbedaannya adalah hemat berkaitan dengan pengeluaran uang sedangkan menghargai uang sekecil apapun, berkaiatan dengan pendapatan.
Orang miskin perpendapat buat apa uang satu rupiah atau dua rupiah, bikin capek saja. Namun orang kaya berpendapat, jika uang seperak dikalikan 1 juta maka akan jadi besar. Atau uang Rp 9999 tidak dikatakan Rp 10.000, walau kurang 1 rupiah saja.

6. Tidak malu, kerja apapun akan dikerjakan tidak pilih-pilih
Orang kaya tidak mengenal malu mengerjakan sesuatu jika itu baik, halal dan mengahasilkan. Namun orang miskin, pilih-pilh dan mengutamakan gengsi. Karena itu kebanyakan orang miskin itu bekerja. Mereka pikir bekerja itu lebih terhormat apalagi jika memiliki jabatan. Saya mempunyai teman seorang mantan direktur suatu perusahaan. Karena perusahaannya bangkrut maka terkena PHK. Karena usianya sudah cukup berumur maka dia mengalami kesulitan mencari kerja ditempat lain. Akhirnya memutuskan untuk usaha sendiri. Walaupun usahanya cukup lumayan, tetapi dia tidak merasa puas, apalagi jika ditanya anaknya. “ Bapak ini kerja apa sih dan jabatanya apasih. Kok dirumah terus.” Hatinya terasa teriris-iris.

Sumber : http://curiousdn.blogspot.com/2010/04/perbedaan-6-kebiasaan-orang-kaya-dan.html

Monday, November 7, 2011

Seberapa Akurat Ketelitian Anda?

Pertanyaan 1:

Anda ikut berlomba. Anda menyalip orang di posisi No. 2. Sekarang posisi anda berada di No berapa?

Jawaban:

Jika anda menjawab No. 1, anda salah. Sebab, jika anda menyalip orang No. 2, berarti sekarang anda berada di posisi No. 2 :)

-----------------

Pertanyaan 2:

Jika anda menyalip orang di posisi terakhr, sekarang anda berada di posisi ke berapa?

Jawaban:

Jika anda menjawab anda orang ke-2 dari terakhir, anda salah lagi. Sebab, bagaimana mungkin anda dapat menyalip orang terakhir ? :p

----------------------------------

Pertanyaan 3:

Silakan kerjakan dalam pikiran anda saja. Jangan gunakan kertas / pensil / kalkulator.


Ambil 1000, tambahkan 40, tambahkan 1000, tambahkan 30, tambahkan 1000, tambahkan 20, tambahkan 1000, dan tambahkan 10 . Berapa total nilainya?

Apakah hasilnya 5000 ? Jawaban yang benar adalah 4100. Kalau anda tidak percaya, silakan cek dengan kalkulator =D

-------------------

Pertanyaan 4:

Ayah Mary punya 5 anak: 1. Nana,
2. Nene, 3. Nini, 4. Nono. Siapa nama anak ke-5?

Apa anda menjawab Nunu? Tentu saja bukan. Nama anak ke-5 adalah Mary. Silakan baca lagi pertanyannya :p 

-------------------

Pertanyaan 5:

Seorang bisu pergi ke toko & ingin membeli sikat gigi. Dengan menirukan orang menggosok gigi, ia berhasil membeli sikat gigi. Berikutnya, seorang buta masuk ke toko itu juga & ingin membeli gunting. Pertanyaannya, bagaimana cara dia menunjukkan keinginannya kepada penjaga toko?

Pasti anda memperagakan gunting dgn jari telunjuk dan jari tengah, iya kan?
Yang benar , ya dia langsung aja ngomong, dia kan gak bisu

Thursday, October 6, 2011

Pidato Steve Jobs Pada Wisuda Mahasiswa di Stanford University

Pidato Mendiang Steve Jobs ketika memisuda mahasiswa di Standford University, sangat menginspirasi.

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.
Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.

Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran bayi perempuan karena ingin. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: “kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab:“Tentu saja.” Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.
Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.
Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:
Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.
Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang. Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyakperbedaan dalam kehidupan saya.
Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz (Steve Wozniak) dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang.

Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan. Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya -saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.
Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple.Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun asangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.
Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: “Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar.” Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Bila jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah. Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematianadalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu.Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.
Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna: Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.
Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.
Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama “The Whole Earth Catalog“, yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi “The Whole Earth Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: “Stay Hungry. Stay Foolish.” (Jangan Pernah Puas. Selalu Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu.
Stay Hungry. Stay Foolish.

Sunday, September 11, 2011

Pohon Pir pada Empat Musim

Suatu hari seorang ayah menyuruh anak2nya ke hutan melihat sebuah pohon pir di waktu yg berbeda.

Anak pertama disuruhnya pergi pada musim DINGIN,
anak ke 2 pada musim SEMI,
anak ke 3 pada musim PANAS,
dan yg ke 4 pada musim GUGUR.

Anak 1: pohon pir itu tampak sangat jelek dan batangnya bengkok.

Anak 2: pohon itu dipenuhi kuncup2 hijau yg menjanjikan.

Anak 3: pohon itu dipenuhi dgn bunga2 yg menebarkan bau yg harum.

Anak 4: ia tdk setuju dgn saudaranya, ia berkata bhw pohon itu penuh dgn buah yg matang dan ranum.

Kemudian sang ayah berkata bhw kalian semua benar, hanya saja kalian melihat di waktu yg berbeda.

Ayahnya berpesan: "Mulai sekarang jangan pernah menilai kehidupan hanya berdasarkan satu masa saja, misalnya saat sulit atau saat senang."

Ketika kamu sedang mengalami masa2 sulit, segalanya terlihat tdk menjanjikan, banyak kegagalan dan kekecewaan, jangan cepat menyalahkan diri dan orang lain bahkan berkata bhw kamu tdk mampu, bodoh dan bernasib sial...

Ingatlah, kamu berharga di mata TUHAN, tdk ada istilah "nasib sial" bagi orang percaya!

Sebaliknya, saat waktu senang...apalagi sedang 'jatuh cinta semua terlihat indah'...yg menyakitkan pun terasa indah...

Kerjakan yg menjadi bagianmu dan percayalah TUHAN akan mengerjakan bagian-Nya...

Jika kamu tdk bersabar ketika berada di musim dingin, maka kamu akan kehilangan musim semi dan musim panas yg menjanjikan harapan, dan kamu tdk akan menuai hasil di musim gugur.

"Kegelapan malam tdk seterusnya bertahan, esok akan datang fajar yg mengusir kegelapan.".
Selalu ada pengharapan yg baru. Bersalam kesulitan disertai kemudahan.

Saturday, August 27, 2011

8 Filsafat Kehidupan

Sumber: "Chinese book of Wisdom":


  • Hujan deras adalah tantangan. Jangan minta agar hujan dikecilkan, tapi mintalah payung yg lebih besar.
  • Waktu banjir, ikan makan semut ; waktu surut, semut yang makan ikan. Semua orang ada giliran/waktunya; Jangan sombong.   (Note: Kehidupan seperti roda pedati yg berjalan; kadang di atas...kadang di bawah).
  • Hidup bukanlah peduli dipermulaan saja, tapi seberapa besar kepedulian kita sampai akhir.(Note: Pekerjaan yg disenangi Allah...adalah pekerjaan (meski) kecil, tetapi dilakukan secara terus menerus).
  • Orang sering "melempar batu" di jalan kita. Tergantung kita mau mambuat batu itu jadi "Tembok atau Jembatan". (Note: Atau gantian utk dipakai melempar....).
  • Setiap masalah punya (n+1) sejumlah solusi, dimana n adalah banyaknya solusi-solusi yang telah anda coba, dan 1 adalah yg belum anda coba. Coba terus sampai BISA ya.! Never give up :)      (Note: Ingat bersama 1 kesulitan akan disertai dengan 2 kemudahan)".
  • Tidaklah penting untuk punya semua 'kartu bagus' dalam 'games' kehidupan, yang penting adalah seberapa bagus anda memainkannya.
  • Seringkali saat kita putus asa dan mengira ini adalah akhir,,, Tenanglah dulu,,, itu baru belokan, bukan jalan buntu. Milikilah iman yang teguh dan kuat.
  • Jadilah giat untuk mendapatkan apa yg anda cita-citakan dan jadilah seperti anak-anak untuk menikmati yang telah anda dapatkan.
- Posted using BlogPress from my iPhone

Thursday, August 25, 2011

Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan


Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, ‘Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?’.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, ‘Betul, Dia yang menciptakan semuanya’.
‘Tuhan menciptakan semuanya?’ tanya professor sekali lagi.
‘Ya, Pak, semuanya’ kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, ‘Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.’

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, ‘Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?’ ‘Tentu saja,’ jawab si Profesor. Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, ‘Profesor, apakah dingin itu ada?’

‘Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?’ Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, ‘Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata ‘dingin’ untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, ‘Profesor, apakah gelap itu ada?’
Profesor itu menjawab, ‘Tentu saja itu ada.’

Mahasiswa itu menjawab, ‘Sekali lagi anda salah Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.’

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, ‘Profesor, apakah kejahatan itu ada?’

Dengan bimbang professor itu menjawab, ‘Tentu saja, seperti yang telah
kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.’

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, ‘Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, ‘kejahatan’ adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih sayang Tuhan di hati manusia.

Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.’ Profesor itu terdiam.

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
http://en.wikipedia.org/wiki/Albert_einstein

Saturday, August 20, 2011

Hikmah Tembang "Gundul-Gundul Pacul" Karya Sunan Kalijaga



Salah satu tembang jawa yang sangat terkenal adalah Gundul Pacul sebagi beikut.

"Gundul gundul pacul cul, gemblelengan,"
"Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan,"
"Wakul ngglimpang segane dadi sak latar."

Tembang Jawa ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yang dalam dan sangat mulia.

'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Jadi gundul adalah kehormatan tanpa mahkota.

'Pacul' adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul ini merupakan lambang kawula rendah, rakyat jelata, kebanyakan para petani.

'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas).

Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil dan bijaksana.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

"Gundul-gundul pacul cul" = jika orang yang kepalanya sudah kehilangan 4 (empat) indera itu mengakibatkan 'GEMBELENGAN' (= congkak/sombong).
"Nyunggi-Nyunggi Wakul Kul" = menjunjung amanah rakyat) dengan GEMBELENGAN (sombong hati), akhirnya
"WAKUL NGGLIMPANG" = amanah, jabatan jatuh tidak bisa dipertahankan.
"SEGANE DADI SAK LATAR" = berantakan sia-sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.

Jadi kalau sedang nyunggi wakul janganlah gembelengan.

Semoga bermanfaat.

Link : Lagu Gundul Pacul di Youtube

Satu Jam Tidak Berbuat Dosa


Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya :

”Apakah kita bisa hidup tidak berbuat berdosa atau kesalahan selama hidup kita…?“

Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata :
”Tidak, nak…itu hal yg mustahil… “

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi…

”Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun…?”

Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya…tidak wahai putri kecilku…

”Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan?”

Ayahnya tertawa…
”Mungkin tidak bisa juga, nak…”

”OK… ayah, ini yang terakhir kali…

Apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja…?”
Akhirnya ayahnya mengangguk…
“Kemungkinan besar, bisa nak…”

Anak ini tersenyum lega…dan berujar:

”Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah…

Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar… “

Pernyataan ini mengandung kebenaran sejati… Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan cara kita menjalani hidup ini…

Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun…
Akan menjadikan kita terbiasa…(kebiasaan)

Dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat…

Dan sifat akan berubah jadi karakter… dan karakter inilah yg menjadi ‘nasib kita’…

Semoga kita dapat mengambil ‘ibrah, pelajaran’ dan dpt mengamalkannya. Amin x 3 yaa rabbal’alamin.

Wawancara Kerja


Adalah seorang anak muda yang cerdas dan sangat pintar. Dia baru saja lulus sarjana dengan predikat cum laude. Selama kuliah, dia juga mengoleksi beberapa penghargaan dan prestasi. Intinya, si anak muda ini benar-benar top. Dan iapun bangga dengan kemilau prestasinya tersebut. Rasa percaya dirinya begitu tinggi.

Setelah lulus, ia lalu mencari pekerjaan. Saat melamar ke sebuah perusahaan terkenal, tidak sulit baginya untuk lolos dari tes-tes saringan, hingga sampailah ia ke tahap terakhir: wawancara dengan Direktur perusahaan tersebut. Saat wawancara tiba, terjadilah dialog antara pak Direktur dengan si anak muda.

“Prestasimu sungguh luar biasa, anak muda. Bagaimana kamu bisa punya prestasi setinggi itu?”, tanya pak Direktur.

“Saya belajar keras, pak. Saya selalu memacu diri saya sendiri, dan memupuk kepercayaan diri saya.”, jawab si anak muda.

“Siapa yang mendorong dan memotivasimu? Ayahmukah?”

“Bukan pak. Ayah sudah meninggal sejak saya kecil. Saya terbiasa memotivasi diri sendiri untuk menjadi yang terbaik.”

“Kalau ayahmu sudah meninggal, siapa yang membiayai sekolahmu?”

“Ibu saya, pak.”

“Oh begitu…lalu apa pekerjaan ibumu?”

“Ibu saya menjadi pencuci baju, pak. Beliau menerima order cucian dari para tetangga.”

Mendengar jawaban si anak muda tersebut, pak Direktur lalu berkata,”Coba ulurkan tanganmu, anak muda”. Meski agak heran dengan permintaan ini, si anak muda lalu mengulurkan tangannya ke pak Direktur, yang lalu memeriksanya dengan cermat. Ternyata tangan itu bersih, putih, dan mulus. Tidak ada tanda-tanda pernah digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kasar. Pak Direktur lalu bertanya,”Pernahkah kamu membantu ibumu mencuci pakaian, nak?”

“Tidak pak, tak pernah sekalipun.”

“Kalau begitu sekarang pulanglah, dan bila bertemu dengan ibumu, coba perhatikan dengan cermat tangan beliau. Lalu cobalah lakukan pekerjaan ibumu. Besok kamu kembali lagi ke sini, temui saya, dan ceritakan pengalamanmu.”, demikian pesan pak Direktur kepada si anak muda.

Pulanglah si anak muda tadi, dan sesampai di rumah, disampaikanlah kata-kata pak Direktur kepada ibunya. Meskipun agak heran, ibunya menurut saja dan menyorongkan kedua tangannya kepada anak yang disayanginya. Begitu melihat tangan orang tua tadi, kagetlah si anak. Ini adalah pertama kalinya ia mengamati tangan ibunya secara cermat. Tampaklah olehnya tangan yang keriput, kasar, dan bersisik. Di beberapa tempat bahkan terlihat bekas-bekas luka. Sungguh kontras bila dibandingkan dengan tangannya sendiri yang bersih dan mulus.

“Ibu….”, dan si anak mudapun tercekat tak mampu berkata apapun. Mengalirlah sebutir air matanya.

“Kenapa tangan ibu sampai begini? Ibu bekerja terlalu berat. Maafkan aku yang tak pernah tahu keadaan ibu seperti ini”, bisik si anak sambil membelai dan menciumi tangan ibunya.

Ibunya tersenyum saja. “Tidak apa-apa nak. Ibu ikhlas bekerja keras untukmu. Buat ibu, yang penting kamu bisa fokus belajar. Ibu bahagia akhirnya kamu bisa lulus dengan baik. Itu satu-satunya yang penting buat ibu.”

Mendengar ucapan ibunya, runtuhlah kebanggaan si anak muda. Hilanglah semua ke-aku-annya. Sampai detik itu ia merasa bahwa semua prestasinya adalah usahanya sendiri. Kenyataannya, tanpa pengorbanan ibunya, dia tidak akan menjadi apa-apa. Nothing…

Dia merasa seperti semakin terlempar ke titik nadir setelah mencoba melakukan permintaan pak Direktur berikutnya: mencuci pakaian, seperti yang biasa dilakukan ibunya. Ternyata bagi dia yang tidak pernah mencuci pakaian sendiri, pekerjaan merendam, mengucek, membilas, dan memeras sungguh tidak mudah dilakukan. Baru beberapa potong baju saja, tangannya sudah merasa perih.

Malam itu si anak muda tidak bisa tidur. Dunianya seolah dibalik dalam sekejap mata. Keyakinan dan persepsinya selama ini patah begitu saja setelah ia melihat apa yang telah dilakukan ibunya selama ini.

Keesokan harinya ia datang menghadap ke pak Direktur, yang langsung saja bertanya,”Apa yang kamu rasakan dan pikirkan, anak muda?”

Si anak muda menghela nafas, lalu menjawab sambil tertunduk,”Ada dua hal yang saya pelajari, pak…”

“Katakan nak, apa dua hal itu.”

“Yang pertama, saya sadar selama ini saya tidak pernah memperhatikan orang lain. Saya tidak pernah mengapresiasi apa yang telah mereka lakukan, bahkan untuk hal-hal yang terkait dengan kepentingan saya sekaliapun…”, si anak muda menjawab sambil menahan air mata karena teringat akan ibunya. Lalu ia menyambung,

“Yang kedua, saya tidak pernah menyadari bagaimana beratnya mencapai sebuah tujuan. Selama ini saya merasa bahwa menjadi lulusan terbaik itu mudah. Saya pikir dengan belajar keras saja sudah cukup. Tapi ternyata tidak, pak... Ternyata banyak hal lain yang harus dilakukan, dan itu tidak pernah saya kerjakan, bahkan saya pikirkanpun tidak...Saya buta terhadap usaha-usaha lain yang dilakukan oleh ibu saya. Beliau bekerja begitu berat semata-mata hanya untuk kepentingan saya…“

Mendengar kata-kata si anak muda tadi, pak Direktur tersenyum. “Anak muda, kamu diterima di perusahaan ini.”

Si anak muda mendongak kaget.”Pak, apa maksud Bapak?”

“Aku tidak mencari karyawan yang pintar tapi tidak peduli pada sekelilingnya. Aku tertarik padamu bukan karena kepintaranmu saja, tapi pada kesadaranmu tentang sensitivitas pada sekelilingmu, tentang sulitnya mencapai sebuah tujuan dan pentingnya kerjasama, dan tentang pentingnya mengapresiasi dan menghargai apa yang dikerjakan orang lain.”

Mendengar penjelasan pak Direktur, si anak muda merasa ia hidup dalam dunia yang baru.